selamat pagi sahabat q sekalian, semoga selalu sehat dan lancar dalam menjalankan aktivitas. sahabat semua saya akan berbagi tentang karya saya tentang makalah yang berjudul " islam sebagai din dan tamaddun ".
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
segala puji hanya milik Allah SWT,shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini, guna
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam. Islam sebagai agama yang
telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang
perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,bimbingan, dan
Do’a dari semua pihak sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ ISLAM SEBAGAI DIN dan TAMADDUN “ semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa dan
mahasiswi Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS). Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Taluk kuantan, 30 Desember 2015
Penulis,
Micki Venti Alvisa
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar
Isi............................................................................................................................. 2
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1. Latar Belakang............................................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
3. Tujuan......................................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................................... 5
A. Pengertian Islam ....................................................................................................... 5
a. islam adalah agama Nuh.a.s ............................................................................... 9
b. islam adalah agama Nabi Ibrahim a.s ................................................................. 10
c. islam adalah agama Nabi Yusuf a.s.................................................................... 10
d. islam adalah agama Nabi Musa a.s..................................................................... 11
e. islam adalah agama Nabi Sulaiman a.s............................................................... 11
f. islam adalah agama Nabi – nabi Bani Isra’il....................................................... 11
g. islam adalah agama Nabi Muhammad Saw....................................................... 12
1. Islam Sebagai Din.............................................................................................. 14
2. Dari Din ke Madinah......................................................................................... 17
3.
Islam Sebagai Tamaddun................................................................................... 18
B. Karakteristik Umum.............................................................................................. 20
1. Karakteristik Umum............................................................................................ 20
2.
Karakteristik Khusus........................................................................................... 20
a. Bidang Aqidah................................................................................................. 20
b. Bidang Ibadah dan Mu’amalah........................................................................ 21
c. Bidang Akhlak.................................................................................................. 22
BAB
III PENUTUP............................................................................................................ 23
A. Kesimpulan................................................................................................................ 23
B. Kritik dan Saran......................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada zaman sekarang ini zaman yang sudah
sangat jauh dari zamannya para Nabi dan pengikut-pengikutnya, zaman dimana
teknologi sudah diagung-agungkan, ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat
dan berorentasi kualitas.Islam datang dengan berbagai petunjuk yang ada
didalamnya tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap dan menyikapi hidup
dan kehidupan ini secara lebih bermakna. Dengan ditempatkannya manusia pada
posisi yang tinggi yaitu tidak hanya sebagai hamba Allah tetapi juga sebagai
khalifah yang mengatur dan mengelola bumi beserta isinya, dan semua itu telah
disiapkan dalam ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Dan dalam memahami
Islam bagi mereka yang baru mempelajari Islam atau baru saja akan mempelajari
Islam, terdapat kebingungan tentang istilah-istilah yang ada dalam Islam Dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya yang membuat orang tambah bingung dan jika
bingungnya tidak terjawab karena mungkin malu untuk bertanya, di khawatirkan
orang tersebut akan justru menjauhi Islam atau yang lebih parahnya lagi malah
meninggalkan Islam.
Oleh karena
itu saya mencoba menjelaskan beberapa istilah-istilah yang ada pada saat
mempelajari Islam agar tidak terjadi kesalahpahaman atau ketidaktahuan
nantinya. Diantaranya yaitu saya akan mencoba menjelaskan dan menjabarkan
perbedaan definisi tentang istilah-istilah islam yang bersumber dari beberapa
referensi dan dari pengetahuan yang telah saya dapatkan yang tentunya sangat
terbatas. Untuk itu kami memohon partisipasi dari para pembaca jika ada
kesalahan atau kekurangan dari tulisan saya.
B.
Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud Islam ?
2. Apakah
yang dimaksud dengan islam sebagai din
itu ?
3. Mengapa
penamaan din sebagai islam ?
4. Mengapa
islam sebagai tamaddun ?
5. Apa
saja Karakteristik islam itu?
C.
Tujuan
1. Menambah
nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
2. Mengetahui
bagaimana Islam Sebagai Din dan
Tamaddun.
3. Mengkaji
apa – apa pengertian islam.
4. Mengetahui
apa saja yang termasuk karakteristik islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islam
Din
al-islam, sering diterjemahkan sebagai “ agama islam”
menejemahkan “din” dengan “agama”
sebenarnya kurang tepat jika tidak dikatakan salah, mengingat bahwa secara
historis istilah “agama” melekat pada ajaran Hindu dan Buddha. Sehingga makna
yang terkandung dalam istilah “agama” mencakup ajaran ajaran yang ada dalam
Hindu dan Buddha. Sebenarnya tidak ada kata atau istilah dalam bahasa indonesia
yang mencakup makna dalam istilah “din”.
Akan tetapi sebagai sebuah istilah teknis, maka penerjemahan din dengan agama, tidak seluruhnya
salah, mengingat bahwa sebelum masyarakat nusantara mengenal istilah din
al-islam, mereka telah lebih dahulu mengenal Hindu dan Buddha sebagai sebuah
agama. Jadi, ketika ada ajaran ritual baru (din
al-islam ) yang dikenalkan kepada mereka, maka mereka menyebutnya sebagai
agama.
Lazimnya, setiap agama diberi nama
sesudah berlalu masa orang yang mengembangkannya. Nama agama-agam biasanya
dinisbahkan kepada nama pendiri agama tersebut, atau kepada suku-suku bangsa
tempat agama tersebut lahir. Misalnya, Agama Buddha dinisbatkan kepada nama
pendirinya Sidharta Buddha Gautama. Buddha adalah gelar bagi Sidharta yang
dianggap mendapat penerangan. Zoroaster kepada Zarahustra, Kong Hu Chu kepada
Kong Fu Tse. Yahudi ( Judaisme ) dinisbahkan kepada nama kaum yang menganut
ajaran nabi Musa a.s.,yaitu Yuda ( Jews).
Agama Hindu dinisbahkan kepada tempat berkembangnya ajaran dan adat dalam adat
tersebut, yakni India ( Hindustan ). Agam Kristen dinisbahkan kepada
pengajarnya atau yang dipujanya yakni “Jesus Crist”. Orang islam menyebutnya
dengan Nasrani dinisbahkan kepada tempat kelahiran Nabi Isa a.s. yaitu Nazareth
(Jesus of Nazareth) (Nasrudin
Rajak,1985).
Tidak seperti agama – agama tersebut
diatas, Islam adalah agama yang namanya diambil dari hakikat atau substanti
ajaran yang terkandung didalamnya. Jika gama – agam yang lain namanya baru ada
setelah pembawa ajarannya telah tiada, maka nama “Islam” sudah ada sejak awal
kelahirannya. Uniknya, Allah sendiri yang memberikan nama risalah yang
dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw. Tersebut Banyak ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan hal tersebut. Seperti ( QS Ali ‘Imran’ [3]: 19, QS Ali ‘Imran’[3]:
65, QS Al-Maidah [5] :3)
Sesungguhnya agama
(yang diridhai ) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.( QS Ali-‘imran
[3]:19 )
Hai ahli kitab, Mengapa
kamu bantah membantah tentang hal ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak
diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir.
(QS Ali Imran [3]: 65 )
....
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam
itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa
senagaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS
Ali ‘Imran [5]: 3)
Oleh karena itu penyebutan orang-orang
Barat terhadap Islam sebagai Moehamedanism dan Moehamadan, bukan saja tidak
tepat tetapi salah secara prinsipil (Nasrudin Razak, 1985:55). Istilah ini
mengandung arti Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad,
Sebagaimana perkataan Kristen dan Kekristenan yang mengandung arti pemujaan
terhadap Kristus.
Nama Islam memiliki perbedaan yang luar
biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak memiliki hubungan dengan
orang tertentu atau, golongan manusia tertentu, atau suatu negeri tertentu.
Secara generik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari kata “Salima” yang berarti selamat sentosa.
Dari kata ini dibentuk kata “aslama”
yang berarti “menyerah, tunduk, patuh , dan taat”. Kata “aslama” yang berarti “menjadi pokok kata Islam, mengandung segala
arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau masuk Islam dinamakan
Muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan
patuh kepada Allah Swt. Dengan melakukan aslama
maka terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat.
Selanjutnya dari kata “salima” juga
terbentuk kata “silmun” dan “salamun” yang berarti damai. Maka Islam dipahami
sebagai ajaran yang cinta damai. Karenanya seorang yang menyatakan dirinya
Muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia (Muhammad Ali,
1980).
Meskipun Islam secara bahasa adalah
aktivitas penyerahan diri kepada Tuhan, tetapi Islam disini juga adalah nama
agama. Maka pada Din al-islam inilah
terdapat titik pertemuan antara musamma (hakikat)
penyerahan diri, dan ism (nama) yang diberikan. Oleh karena itu, Allah Swt.
Berfirman “Sesungguhnya agama (yang
diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS
Ali Imran[3]:19). Inilah keistimewaan islam, karena nama agamanya diberikan
langsung oleh Tuhan yang menurunkannya. Seorang ulama indonesia, yang dikenal
sebagai Habib Adnan, dan yang dianggap paling toleran sekalipun dikalangan
masyarakat Bali, tetap menyatakan bahwa Islam adalah agam yang paling Istimewa
dari sudut penamaanya. Beliau menyatakan:
“Satu-satunya agama yang tidak menggunakan
nama sesuai dengan nama penganjurnya atau nama tempat agama itu diturunkan
hanyalah islam. Agama Hindu yang diberi nama Hindu karena ia turun di tanah
Hidustan. Kristen adalah nama agama yang disesuaikan dengan penganjurnya, Jesus
Kristus. Agama yahudi diberi nama demikian karena diturunkan kepada bangsa
yahudi. Buddha mengikuti nama penganjurnya. Begitu seterusnya. Hanya Islam yang
tidak bernama agama Muhammad, Agama Arabi, atau Agama Quraisyi. Dari nama itu
saja kita dapat pehamahaman yang sangat kuat bahwa memang tidak diturunkan
hanya untuk sekelompok masyarakat Islam diturunkan untuk semua umat manusia”
(HS Habib Adnan,2005:24).
Hikmah penamaan Islam itu pula, karena
bentuk dan cara penyerahan yang diatur oleh agama ini bersesuaian dan
bertepatan denagn hakikat tauhid yang sebenarnya, yaitu yang hanya bisa diambil
dari wahyu, bukan dari tradisi kesuku-bangsaan atau kebudayaan tertentu,
ataupun dari percampuran antara tradisi kesuku-bangsaan dan kebudayaan tertentu
di suatu sisi dengan kitab sucinya di sisi yang lain, atau bukan pula hasil
dari spekulasi filsafat dan bantuan penemuan ilmu pengetahuan. Cara penyerahan yang
benar dan sesuai dengan tauhid inilah yang menjadi hikmah kepada penamaan Islam
itu sendiri. Beliau menyatakan:
“the
test of true affirmation of the Unity of God,then,is the form of sumbission to
that God. It is only because the form
of submission enacted by the regilion that affirms the Unity of God is true to
the verification of such affirmation tahat that particular regilion is called
Islam. Islam, then, is not merely a verbal noun signifying ‘submission’; it
also the name of a partuclar regilion descriptive of true submissin, as the
definition of religion: submission to God” (Al-Attas, 1985: 12).
Uraian
di atas sekaligus menolak paham ‘transcendent unity of regilions’ yang
menyatakan bahwa semua agama pada hakikatnya adalah sama-sama bertemu dan bersatu
pada level ‘transcendence’ yaitu level Keesaan Tuhan, atau dalam istilah
Islamnya, pada leveltauhid. Menurut mereka, yang membedakan agama-agama
hanyalah bentuk dan cara penyerahan diri kepada Tuhan, sedangkan hakikatnya
semua agama itu berserah diri kepada Tuhan. Jadi menurut mereka lagi,semua
agama itu hakikatnya Islam ( berserah diri;submission;surrender to God ), Cuma
caranya saja yang berbeda.
Bagi kita yang menolak paham tersebut
beragumentasi, justru bukti tauhid yang sebenarnya itu adalah termasuk cara
berserah diri kepada Tuhan yang murni dari wahyu, bukan dari tradisi yang
dibuat-buat dan dicampur-baur dengan kebudayaan tertentu. Caralah yang turut
menunjukkan hakikat. Dengan kata lain, cara penyerahan diri pada Tuhan itu juga
menunjukkan ‘penyerahan diri’ tetapi ia juga nama agama tertentu yang
menunjukkan penyerahan diri yang sebenarnya , dan sekaligus definisi agama itu
sendiri , yaitu penyerahan diri pada Tuhan. Semuanya itu serasi dalam perkataan
“Islam”.
Dalam perjalanan sejarah ada dua bentuk agama
sebelum bentuk agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw., yang kedua –duanya merujuk
kepada bntuk Nabi Ibrahim . kedua bentuk agama itu diberi nama oleh orang-orang
di luar mereka sebagai Yahudi (Judaism)
dan kristen (Christianity).
Pemeluknya disebut sebagai orang Yahudi
(Jew) dan orang Kristen (Christian) masing-
masing nya. Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw . mempertanyakan
klaim bahwa Nabi Ibrahim a.s dan keturunannya itu sebagai penganut agama Yahudi
dan agama Kristen:
Ataukah kamu (hai
orang-orang Yahudi dan nasrani) mengatakan bahwa Nabi Ibrahim,Ismail,Ishaq dan
anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? (QS Al-Baqarah [2]:
140).
Bahkan pada ayat lain Al-Qur’an
menegaskan bahwa Nabi ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau seorang Kristen
seperti yang mereka dakwa.
Ibrahim bukan seorang
Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,akan tetapi dia adalah seorang yang
lurus (hanif) lagi berserah diri (Muslim) (kepada Allah).
(QS Ali’Imran [3]:67).
Oleh
sebab itu, ketika orang-orang Yahudi dan Nasrani mengajak kepada agama mereka,
Nabi Muhammad Saw. Diperintahkan untuk menolak ajakan itu sambil menyatakan
bahwa yang sepatutnya adalah mengikuti millah
Ibrahim.
Dan mereka berkata: ‘Hendaklah kamu
menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk’.
Katakanlah (wahai Muhammad):’Tidak, bahkan (kami mengikuti) bentuk agama
Ibrahim yang lurus.(QS Al-Baqarah [2]: 135).
Dan
siapakah yang paling betul ikutannya terhadap millah Ibrahim ini diantara dua bentuk agama yang terdahulu?
Jawabannya adalah bukan diantara keduanya, melainkan orang-orang yang
benar-benar mengikutinya dan dalam hal ini sudah tentu Nabi Muhammad Saw.
Sesungguhnya orang yang paling
dekat kepada ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (
Muhammad) serta orang-orang yang beriman ( kepada Muhammad), dan Allah adalah
pelindung kepada semua orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]:68).
Dengan
ayat diatas bahwa apa yang diikuti dan sekaligus dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Adalah millah atau bentuk agama Nabi
Ibrahim a.s. inilah yang disebut sebagai Dinul Qayyim seperti pada ayat:
Katakanlah (wahai
Muhammad):’Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang
lurus, (yaitu) agama yang benar (din qiyam/qayyim); millah Ibrahim yang lurus;
dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. (QS Al-An’am [6]:
161).
Maka
perspektif tauhidi Islami, kesatuan substansi dasar semua wahyu itu sendiri,
sesuai dengan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,Musa dan Isa
Yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS
Asy-Syura [42]: 13).
Teks
suci ini secara kategoris menegaskan kesatuan wahyu seperti dijelaskan di atas
yang berujung pada kesatuan substansi dan kesatuan agama yang diturunkan,yaitu
islam,yang Ibnu Taymiyah dalam bukunya Al-Jawab Al-Sahih liman Baddala Din
al-Masah disebut sebagai Al-Islam Al-Amm (Islam Universal). (Ibnu Taymiyah,1414
H :341). Oleh karena itulah, kenapa hanya agama ini saja yang sejatinya
mendapat pengakuan sebagai satu-satunya agama yang haqq disisi Allah Swt.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat-ayat berikut.
Sesungguhnya agama (yang diridhai)
di sisi Allah adalah Islam).” (QS-Ali Imran [3]: 19).
Barangsiapa mencari agama selain
agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama ini) dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali ‘Imran [3]: 85).
Maka,
islam adalah merupakan agama semua Nabi dan Rasul beserta pengikut-pengikut
mereka. Lebih jelas dan detailnya bisa disebutkan berikut ini:
a.
Islam adalah agama Nuh a.s. seperti
dijelaskan ayat:
Dan bacakanlah kepada
mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya :”Hai
kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku(kepadamu)
dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allahlah aku bertawakal,karena itu bulatkanlah
keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian
janganlah kepiutusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku dan
janganlah kamu menangguh-kannya. Jika kamu berpaling (dari peringatanku) aku
tidak meminta upah sedikit pun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari
Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang
berserah diri (Muslim). (QS Yunus [10]:71-72)
b.
Islam adalah agama Nabi Ibrahim a.s dan
anak cucunya (Isma’il,Ishaq,Ya’qub) seperti dijelaskan ayat:
Ya tuhan kami,jadikalah
kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau (Muslim) dan jadikalah di antara anak cucu kami umat yang tunduk
patuh kepada Engkau (Muslim). (QS Al-Baqarah [2]: 128)
Dan dalam ayat lain:
Ketika Tuhannya
berfirman kepadanya : “Tunduk patuhlah (berislamlah)” Ibrahim menjawab: “Aku
tunduk patuh (ber-islam) kepada Tuhan semesta alam”. Dan ibrahim telah
mewasiatkan ucapan ini kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub.
Ibrahimberkata:’Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu,maka jangnlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam,”adakah kamu
hadir ketika Ya’rub kedatangan (tanda-tanda maut), ketika ia berkata kepada
anak-anaknya : “Kami akan mneyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu,Ibrahim,Ismail, dan Ishaq,(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya
tunduk patuh keapada-Nya (Muslim). (QS Al-Baqarah [2]: 131-133)
Dan dalam ayat yang lain:
Yang artinya:
Ibrahim bukan seorang
Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang
lurus dan Muslim dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang
musyrik.”(QS Ali’Imran [3]:67)
c.
Islam adalah agama Nabi Yusuf a.s.
seperti dijelaskan ayat:]
Ya Tuhanku,
sesungguhnya Engkau telah meng-anugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah
mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi. Ya Tuhan Pencipta langit dan bumi.
Engakaulah pelidungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam
dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.”(QS Yusuf [12]: 101).
d.
Islam agama Nabi Musa a.s. dan kaumnya
seperti dijelaskan ayat:
Berkata Musa: “Hai
kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertakwakallah kepada-Nya saja,
jika kamu benar-benar Muslim.(QS Yunus [101]:84)
Dan
dalam ayat lain yang mengisahkan doa para tukang sihir (penentang Nabi Musa
a.s) yang telah bertobat:
Ya tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim.
(QS Al-A’raf [7]: 126).
e.
Islam adalah agama Nabi Sulaiman a.s.
dan kaumnya seperti dijelaskan ayat berikut yang mengisahkan Bilqis,Ratu Saba’;
Tuhanku sesungguhnya
aku telah berbuat aniaya terhadapa diriku. Dan aku berserah diri (Muslim) bersama Sulaiman kepada Allah
Tuhan semesta alam. (QS An-Naml [27]:44)
f.
Islam adalah agama Nabi-nabi Bani
Isra’il seperti dijelaskan ayat:
Sesungguhnya kami telah
menurunkan Kitab Taurat di dalmnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),
yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah (Muslim).
(QS
Al-Maidah [5]: 44)
Dan
dalam ayat lain:
Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan
menjadi penolong untuk menegakkan agama Allah? “ Para hawariyyin ( sahabat
setia ) menjawab: “Kamilah penolong-penolong agama Allah. Kami beriman kepada
Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim.
(QS Ali’Imran [3]: 52)
Dan
dalam ayat lain:
Dan (ingatlah) ketika
aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan
kepada Rasul-ku!”mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai
Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang Muslim.”(QS Al-Maidah
[5]:
11)
g.
Islam adalah agama Nabi Muhammad Saw.
Seperti dijelaskan ayat:
Katakanlah
(wahai Muhammad): sesungguhnya aku diperintahkan supaya menjadi orang yang
pertama sekali menyerah diri kepada Allah (ber-Islam), dan (aku diperintahkan
dengan firmanNya): Jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan orang-orang musyrik.
(QS Al-An’am [6]: 14)
Dan
dalam ayat lain:
Katakalah (wahai
Muhammad):sesungguhnya sembahyangku dan ibadahku,hidupku dan matiku hanyalah
untuk allah Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan yang
demikian saja aku diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama kali
berislam.”(QS Al-An’am [6]: 162 -163)
Jadi
jelas sekali, ayat-ayat diatas dan hadis tersebut diatas secara eksplisit
menegaskan kesatuan agama semua Nabi dan Rasul. Dalam mendeskripsikan agama
Nabi dan Rasul,Al-Qur’an menggunakan kata-kata atau istilah redaksional yang
baku dan sama yang sangat tidak memungkinkan adanya tafsir yang berbeda.semuanya
standar dan tidak ada yang membedakan antara Nabi yang satu dengan yang lain,
atau umat Nabi yang satu dengan umat Nabi yang lain. Kata perintah berislam
kepada Nabi Muhammad Saw pun menggunakan redaksi yang sama dengan Nabi-nabi
terdahulu.Tidak ada indikasi Islam dengan “I” sebagai agama yang terlembagakan
(institutionalized regilion) atau “i” sebagai sikap spritual pribadi (private
spritual attitude) sebagaimana yang coba diperkenalkan oleh W.C Smith dalam
bukunya the meaning and End of Regilion (wilffred C,1978:Bab 3).
Kemudian
kesatuan substansi wahyu samawi tersebut semakin menjadi gamblang dan
terang-terangan manakala kita mengikuti alur nalar Qur’ani lebih lanjut yang
menegaskan bahwa mendustakan atau mengingkari seorang Nabi atau Rasul saja
berarti sama dengan mendustakan atau mengingkari seluruh utusan Allah. Allah
Swt, berfirman:
Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
(QS
As-Syu’ara’ [26]: 108)
Kaum
‘Ad telah mendustakan para Rasul.
(QS
As-Syu’ara’ [26]: 123)
Kaum
thamud telah mendustakan para Rasul.
(QS
As-Syu’ara’ [26]: 141)
Kaum
Lut telah mendustakan para Rasul.
(QS
As-Syu’ara’ [26]: 160)
Penduduk
Aikah (Madyan) telah mendustakan Rasul-rasul.
(QS As-Syu’ara’ [26]: 176)
Ayat-ayat
diatas secara eksplisit dan kategoris menyatakan bahwa kaum-kaum para nabi
terdahulu dianggap telah mendustakan semua Nabi dan Raul secara
keseluruhan,padahal sebagaimana diketahui bersama bahwa kenyataannya yang
diutus kepada mereka hanyalah seorang Nabi dan Rasul saja. Kepada kaumnya Nabi
Nuh hanya diutus sebagai Nabi saja, dan yang mereka dustakan pun hanya seorang
Nabi saja, yaitu Nabi Nuh a.s. begitu juga kepada kaum Thamud,kaum Lut,dan
penduduk Madyan; kepada mreka masing-masing hanya diutus seorang Nabi saja, dan
yang mereka dustakanpun hanya seorang Nabi saja,yakni Nabi Hud,Salih,Lut,dan
Shu’ayb.mereka mengatakan telah mendustakan semua Rasul karena semua Rasul dan
Nabi membawa pesan langit yang sama,agama yang sama dan dari sumber yang sma.oleh
karena itu Al-Qur’an memandang sikap yang tidak membeda-bedakan para Nabi dan
Rasul,antara satu dan lainnya.
Substansi
wahyu samawi yang dikomunikasikan
kepada manusia lewat para Nabi dan Rasul sepanjang sejarah,yang oleh Ibnu
Taimiyah disebut Al-Islam al-‘Amm (Islam Universal) tadi, pada dasarnya menurut
perspektif tauhidi adalah “agama
fitrah”, regilionaturalis,atau Ur-Regilion itu sendiri. Dengan adanya konsep
“agama fitrah” ini,berarti Islam meletakkan landasan universal yang lebih kuat
dan luas bagi humanisme yang sebenarnya yang memungkinkan untuk mengakomodasi
seluruh manusia, dengan berbagai latar belakang keagamaan dan
keyakinannya,sebagai saudara dibawah payung kemanusian; sebagaimana
memungkinkan untuk menarik garis demarkasi yang tegas antara “agama alami” yang
dimiliki setiap manusia sejak kelahirannya,di satu pihak, dengan agama-agama
historis yang berevolusi dari “agama alami” tersebut akibat faktor-faktor
kesejarahan atau lingkungan,dipihak lain.
Lalu,Islam
menamkan “agama fitrah” ini dengan nama agama Islam itu sendiri. Hal ini
didasarkan pada ayat:
Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah,
itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Ar-Rum [30]: 30)
Dalam
ayat ini Allah Swt. Memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Untuk menghadapkan
wajahnya dengan tegap tegap dan lurus (hanif) kepada agama yang lurus, yang
tiada lain adalah Islam. Oleh karenanya agama ini disebut juga dengan
“hanifisme” (al-hanifiyyah), yakni agama yang lurus, lempeng, dan jauh dari
kebatilan dan kesesatan, sebagaimana dalam hadis Rasullah Saw.
“Agama yang paling
dicintai Allah adalah Hanifiyah (agama yang lurus) yang lapang.” (Hr Bukhari)
Dan memanggil pengikut agama ini sebagai
“hunafa” (bentuk jamak dari hanif :
orang yang berpaling dari kesatan), dalam pealaran bahwa mereka pernah menerima
wahyu dari Allah yang mengukuhkan fitrah mereka dan sesuai dengan “agama alami”
mereka.
Maka atas dasar penalaran ini, Islam
adalah agama parexcellence yang oleh Allah Swt. Dimaksudkan sebagai kalimatun
Saw.a’ (kalimat yang sama atau penyelaras) antara semua manusia, karena mereka
semua pada suatu ketika pernah menjadi umat seorang Nabi atau Rasul yang diutus
oleh Tuhan yang sama. Oleh karena itu, kita diperintahkan (mengikuti perintah
yang diterima oleh Rasulullah Saw.) untuk mengajak mereka kepada kalimatun
Saw.a’ setiap mereka keluar atau melenceng darinya,Allah Swt berfirman:
Katakanlah:”Hai
ahli kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang sama antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu apapun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka:”Saksikanlah, bahwa kami dalah orang-orang yang
berserah diri kepada Allah.
(QS
Ali’Imran [3]: 64)
Dari uraian kesatuan wahyu samawi diatas disimpulkan secara
meyakinkan bahwa agama samawiadalah
tunggal. Dengan demikian, istilah “agama-agama samawi” atau “al-adyan al-samawiyah” atau “revealed regilions” yang sering beredar secara luas mutlak perlu
ditinjau ulang, kecuali jika dimaksudkan adalah shari’ah-shari’ah samawiyah (syariat-syariat samawi).
1.
Islam
Sebagai Din
Istilah
Din biasa diterjemahkan sebagai
agama. Secraa etimologi kata Din itu sendiri bermakna keberuntungan, susunan
kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderunganyang adil (Al-Attas, 1995: 43-44)
menarik di sini adalah istilah ‘din’ dihubungkan
dengan perkataan ‘dayn’ yang berarti utang. Secara etimologi memang perkataan din
dan dayn berasal dari akar perkataan Arab yang sama, yaitu dal,alif,nun. Maknanya, bahwa manusia
sebenarnya berutang kepada Tuhan, yang menciptakannya dan yang memberinya
rezeki, serta yang telah mewujudkannya dan memelihara eksitensinya. Bahkan
utang manusia terhadap Tuhan bersifat total dan menyeluruhg. Karena utang
tersebut berupa utang penciptaan dan eksistensi (debt of creation and existence); utang dari ketiadaan kepada
ada,dan juga utang pemeliharaan atas keberadaan (debt of maintenance), sehingga manusia bisa ada di alam ini.
Dengan
utang yang sangat besar ini,maka manusia tidak akan pernah bisa membayarnya,
kecuali jika dikembaliakn lagi kepada yang punya. Itu pun belum tentu terbayar
seluruhnya. Meskipun demikian, pengembalian diri inilah jalan yang terdekat
untuk melunasi utang yang amat besar itu. Dengan kata lain, untuk membayar
utang ini manusia harus benar-benar mengembalikan dan memulangkan dirinya
kepada pemiliknya. Proses pengembalian dan pemulangan (return) inilahyang terkait dengan konsep ‘din’yang biasanya diterjemahkan sebagai agama. Al-attas menyatakan
bahwa salah satu arti ‘din’ yang
biasanya diterjemahkan sebagai agama. Al-attas menyatakan bahwa salah satu arti
‘din’ yang mendasar adalah ‘hujan
yang selalu kembali yang juga diibaratkan Allah Swt. Dalam Al-Qur’an surah
At-Tariq [86]: 11) sebagai al-raj’i:
Demi langit yang
mengandung hujan. (QS At-Tariq [86]: 11)
Pada
ayat ini perkataan al-raj’i secara harfiah bermakna ‘kembali’. Konsep ‘din’ dalam pengertian pengembalian diri
kepada Pemiliknya merupakan satu-satunya jalan supaya manusia bisa membayar
utangnya (dayn) kepada Tuhan. Seperti
juga hujan yang senantiasa kembali ke bumi dan membawa kehidupan dan kesuburan
kepada bumi yang tandus dan mati, maka begitu juga din membawa kehidupan dan
keuntungan kepada manusia dengan cara kembali kepenciptanya.
Secara
ontologis, apabila manusia berutang pada Tuhan, maka posisi manusia adalah
dipihak yang rugi, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an ;
Sesungguhnya
manusia benar-benar dalam kerugian. (QS Al-Asr [103]: 2)
Proses
pengembalian diri bukan saja sebagai cara menutup kerugian, tetapi juga sebagai
jalan untuk mencapai keuntungan dan kejayaan yang besar. Sambil mengutip (QS Al-baqarah [2]: 235) “Siapakah yang mau
memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman (qardhan) yang lain,maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran keapadanya dengan lipat ganda yang banyak”. Dengan mengembalikan
diri kepada Tuhan, yaitu dengan cara mematuhi perintah-perintahNya dan menjauhi
larangan-laranganNya, manusia yang asalnya adalah rugi akan mendapat balasan
yang berlipat kali ganda yang bukan saja bisa menutupi kerugiannya bahkan akan
memperoleh keuntungan yang besar juga dari eksistensinya.
Berdasarkan
uraian di atas, maka salah satu makna din
atau agama yang paling mendasar adalah jalan pengembalian diri kepada
Tuhan. Oleh karena itu, walaupun kita menggunakan istilah’agama’dalam bahasa
sehari-hari,yang bisa jadi mempunyai banyak pengertian, seperti a=tidak,dan gam=pergi, (Harun Nasution,1985:),
a=tidak , gama=kacau, (Anshari,1986:123) ataupun ada yang mengatakan
berasal dari kata iqamah (igama,), sudah tentu konsep din sebagai jalan pengembalian diri kepada Tuhan memiliki
pengertian yang lebih tepat dalam memberikan arti agama itu sendiri. Berangkat
dari pengertian din sebagai jalan
pengembalian diri kepada Tuha, ada satu lagi kaitan yang erat antara konsep
‘pengembalian diri’ ini dengan ‘penyerahan diri’ sepenuhnya kepada Tuhan yang
menciptakan kita. ‘penyerahan diri’ ini dari segi bahasa Arab disebut sebagai ‘aslama’, seperti pada ayat:
Maka apakah mereka
mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan
diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS Ali ‘Imran [3]: 83)
Kaitan
konsep din dan aslama akan tampak lebih dekat ketika Allah Swt,menyatakan bahwa:
Siapakah yang lebih
baik agamanya (din) dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya (aslama)
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti bentuk agama
(millah) Ibrahim yang lurus. “(QS An-Nisa [4]: 125).
Jadi
berdasarkan ayat ini orang yang paling baik din-nya, atau jalan kembalinya,
adalah orang yang menyerahkan (aslama), wajahnya atau dirinya sepenuhnya kepada
Allah yang menciptakan-nya.
Menurut
Al-Attas, walaupun ada kaitannya, makana din
berbeda dengan makana millah. Din adalah esensi (essence) dari agama
itu sendiri, yaitu hakikat pengembalian diri kepada Tuhan. Sedangkan millah adalah bentuk (form) dari agama,
yaitu cara pengembalian diri kepada Tuhan.Rasullah Saw mendapat wahyu dari
Allah untuk mengikuti millah Ibrahim,seperti
pada ayat:
Kemudian Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad): ‘ikutilah (bentuk) agam ibrahim seorang yang hanif’, dan
bukanlah ia termasuk oramg-orang yang mempersekutukan Tuhan.
(QS
An-Nahl [16]: 123)
Jadi
dengan kata lain segala cara pengajaran Rasullah Saw. Kepada umatnya dalam
konteks kembali kepada Tuhan, tidak lain adalah gambaran bentuk agama atau millah Ibrahim itu sendiri (Ugi
Suharto,2007).
2.
Dari
Din ke Madinah
Penamaan din sebagai Islam dan sebaliknya penamaan Islam dan sebaliknya
penamaan Islam sebagai din yang
begitu teliti turut membawa pengaruh kepada konsep din yang biasanya diartikan sempit sebagai institusi agama. Sejarah
membuktikan bahwa bagi agama-agama selain Islam, dan khususnya dalam sejarah
peradaban Barat, din tetap menduduki
ruang sempit pada salah satu aspek dalam kehidupan manusia, tanpa harus mempengaruhi
aspek kehidupan yang lain. Maka terjadilah pemisahan yang ketara antara ruang
agama dan ruang publik, antara gereja dan politik, antara kehidupan spritual
dan sekuler, antara kota Tuhan dan kota dunia dan seterusnya.
Dalam sejarah agama Kristen misalnya,
St.Augustine (354-430) dengan karyanya De
Civitate Dei City of God telah meletakkan dasar yang nantinya mengakibatkan
terjadinya konflik panjang antara gereja dan negara yang mewarnai peradaban
Barat berabad-abad lamanya hingga kini. Tempat Din, agama dan keselamatan hanya ada dalam Kota Tuhan, bukan dalam
kehidupan, khususnya di zaman modern ini, sebagian sarjana Kristen mencari
justifikasi bahwa hidup dan kota Dunia ini tidak ada salahnya dan tidak
bertentangan dengan ajaran Kristen, bahkan bibit-bibit sekularisasi itu sudah
ada dalam ajaran Bible itu sendiri. Harvey Cox, seorang sarjana Kristen,
kemudian menulis buku yang sangat berpengaruh di Amerika pada tahun 1965 dengan
judul The Secular City. Tarik menarik
antara agama dan negara masih mewarnai kehidupan sosial pada hari ini.
Berbeda dengan sejarah Islam, Nabi
Muhammad Saw yang membawa Din al-Islam adalah
seorang yang berhasil mengharmonikan antara kehidupan beragama dan bernegara.
Apabila beliau berhijrah dari Makkah kekota yang bernama Yatsrib pada tahun 622
M, kota ini kemudian bertukar nama menjadi Madinah. Maknanya, ketika din Allah yang bernama Islam itu telah
disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan,
memurnikan, dan memartabatkan. (Ibnu Mansur, 1988:402)
Dari sinilah kemudian, madinah dari segi bahasa bermakna kota
atau city, tetapi madinah juga adalah
tempat yang subur bagi melaksanakan din
itu sendiri. Disinilah kaitan antara din
dan madinah, yang juga mempunyai akar kata yang sama; dal, alif, dan nun. Dari Madinah, Islam mulai memancarkan sinarnya
keseluruh semenanjung Arab,sehingga sebelum Rasullah Saw. Wafat pada tahun 632
M, beliau telah berhasil menyatukan seluruh jazirah Arab di bawah satu
pimpinan. Kepemimpinan Rasullah Saw. Ini bukan hanya terhadap orang-orang yang
beragama islam, tetapi juga terhadap mereka yang beragama Yahudi, Kristen, dan
Majusi pada waktu itu. Nabi Muhammad Saw telah mengangkat din yang selama ini berada di ruang sempit kepada ruang publik madinah yang terbentang luas. Di bawah
risalah Rasullah Saw. Islam adalah kehidupan agama dan kehidupan kota yang tak
terpisahkan.
Tidak heran apabila Michael H.Hart dalam
karyanya The 100- A Ranking of the Most
influential Persons in History, meletakkan Nabi Muhammad Saw. Pada rangking
pertama orang yang paling berpengaruh dalam sejarah sejarah dunia karena
kepemimpinannya dalam membangun agama dan dunia yang sekaligus menggambarkan
sifat dan hakikat Islam itu sendiri. “He
was the only man in history who was supremely successful on both the religios
and secular levels” ...... “ It is this unparalled combination of secular and
regilious influential single fgure in human history” (Michael H. Hart,
1992: 33) begitu kata Hart. Apa yang selama ini dianggap terpisah antara yang regilious dan secular telah disatukan
oleh Islam semenanjung Arab dengan ibukota Madinah dalam satu masyarakat madani.
3.
Islam
Sebagai Tamaddun
Ketika Rasullah wafat, hakikat dan sifat
Islam telah benar-benar dimengerti oleh para sahabat. Masyarakat madani yang telah dibangun kini bersedia
untuk dikembangkan menjadi sebuah tamaddun
dan peradaban dunia. Memang, dari akar kata madana
ini lahir kata benda tamaddun yang
secara literal berarti peradaban (civilization)
yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Dikalangan penulis Arab, perkataan tamaddun
digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam
sebuah judul buku Tarikh al-tamaddun
al-Islami ( Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Sejaka itu
perkataan Tamaddun digunakan secara
luas di kalangan umat Islam.
Didunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan
sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddun
dan madaniyat. Namun di Turki
orang dengan menggunakan akar madinah
atau madana atau madaniyah menggunakan istilah medeniyet
dan medeniyeti. Orang-orang Arab
sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun
kata tersebut tidak banyak diterima umat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih
menyukai istilah tamaddun. Di anak benua
Indo-Pakistan tamaddun digunakan
hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
Apablia Islam kemudian memimpin kehidupan
dunia selama seribu tahun lebih dengan berbagai pemerintahannya dari mulai
Khalifah Rasyidah, Umayah,Andalusia,Abbasiyah, hingga Usmaniyah, tamaddun Islam telak mencorakkan dunia
Timur dan Barat dengan kehidupan yang lebih seimbang antar sisi kerohanian dan
sisi kebendaan dan materi. Pengaruh Islam didunia Timur sangat kentara sekali
hingga ke hari ini. Semua negara arab, sebagian benua Afrika, India , Cina, dan
hampir keseluruhan Indonesia dan kepulauan Nusantara menerima pengaruh Islam
yang luar biasa. Begitu juga di dunia
Barat tamaddun Islam sempat menjadi
jembatan antara peradaban Yunani dan peradaban Barat modern.
Ketika Islam menjadi peradaban dunia,
segalanya yang muncul dari peradaban ini bisa disifati dengan sifat ‘Islam’. Ada ilmu Islam, hukum Islam,
etika Islam, seni Islam, kebudayaan Islam, ekonomi Islam, peradaban Islam, dan
lain-lain. Berbeda dengan agama-agama yang tidak sampai ke tingkat tamaddun,
istilah-istilah seperti ilmu,hukum,etika,seni,kebudayaan, dan ekonomi ini agak
janggal jika diberi kata sifat dengan nama agama-agama tersebut. Oleh sebab
itu, kita hampir tidak mendengar istilah ‘ilmu Hindu’, ‘hukum Buddha’, etika
yahudi,’seni kristen’, ‘ekonomi Majusi’, dan sebagainya. Selain itu, perdapan
Islam bukan hanya wujud di dalam sejarah, bahkan sampai hari ini peradaban
islam mulai bangkit kembali memberikan manfaatnya dalam kehidupan modren. Bukti
bahwa tamaddun islam tidak pernah
mati di zaman modren ini adalah dengan kemunculan institusi-institusi ekonomi
islam yang penting seperti bank islam, asuransi islam, pasar modal islam dan
sebagainya. Sekali lagi istilah-istilah itu tidak janggal dikaitkan dengan
islam dalam kehidupan hari ini cobalah tukar kata sifat islam tersebut dengan
agama lain, niscaya akan janggal kedengarannya. Islam sebagai tamddun bukanlah
tandingan agama-agama selainnya. Sebenarnya yang menjadi tandingan dalam lawan
islam adalah sistem sekuler yang menguasai hampir seluruh bidang kehidupan.
Sekularisme bukan saja bertentangan dengan islam, tetapi juga menantang islam
dan berusaha mewujudkan islam supaya ia tetap berada diruang sempit. Walaupun tamaddun islam pada hari ini berada
ditahap yang lemah, namun ia tidak mati. Selagi din al-islam wujud dialam ini, selagi itu pula potensi tamaddun islam untuk kembali menjelmakan
dirinya menjadi beradaban dunia akan selalu ada. Apa yang dikawatirkan oleh
sebagian para pemikir barat akan munculnya clash of civilization, benturan
beradaban, sebenarnya adalah ungkapan islam islamophobia dari para pengusung
sekularisme yang tidak mau tunduk (istislam) dengan tamaddun islam yang
mencintai perdamaian( salam ). Islam adalah din dan tamaddun, agam dan
perdaban, akhirat dan dunia, surga dan kehidupan kota. Dari awal lagi islam
telah dibangun oleh nabi yang terakhir untuk memimpin kehidupan manusia supaya
seimbang antara rohani dan jasmaninya, agama dan negaranya, dunia dan akhiratnya.
Ini semua telah terbukti dalam sejarah, dan akan sekali lagi membuktikan
dirinya dimasa depan.
Tamaddun
islam, walaupun berdasarkan din al-islam, memberikan kebebasan beragama, karena
landasannya adalah la ikraha fiddin (tidak ada paksaan dalam beragama) (QS Al-baqarah [2]: 256) dan lakum dinukum waliyadin (QS Al-kafirun
[109]:6). Peradaban islam mebenarkan rumah-rumah ibadah agama lain berdiri,
menghormatinya dan mempertahankannya. “dan sekiranya allah tiada menolak
(keganasan) sebagaian manusia dengan bagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara nasrani, gereja-gereja, rumh-rumah ibadah orang yahudi,
dan masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah. “(QS Al-Hajj [22]: 40)”
B. Karakteristik Islam
1. Karakteristik umum
a. Islam sebagai agama prophetic, revealed religion, mission
religion, agama wahyu, agama samawi,
merupakan konstinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah para Nabi.
b. Islam sebagai Din dan Tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal , mencakup semua
sendi kehidupan manusia baik dimensi vertikal maupun horizontal.
c. Islam adalah
agama yang mengakui adanya pluralitas, keanekaragaman keyakinan, kepercayaan,
agama, manusia.Sehingga islam mengakui eksistensi agama lain. Akan tetapi,
Islam menolak paham pluralisme yang menganggap bahwa di dalam pluralitas agama
terdapat hakikat yang sama, yakni sama-sama pasrah, patuh, dan tunduk
sepenuhnya kepada Tuhan. Pluralisme adalah paham yang mengajarkan adanya
kesadaran akan satu Tuhan, banyak jalan.Untuk menuju pada Tuhan yang satu,
terdapat berbagai jalan. Islam melihat bahwa pasrah dan tunduk haris melalui
cara yang ditentukan oleh Allah, yang dalam hal ini telah terangkum dalam Din Al-Islam. Segala bentuk kepatuhan
kepada Tuhan, yang tidak sesuai dengan
cara-cara dalam Islam merupakan sebuah jalan yang sesat.
d. Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuwan.
Sehingga bagi umat Islam Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam,
merupakan sebuah grand theory, dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Karakteristik Khusus
a. Bidang
Aqidah
1) Akidah
Islam adalah aqidah tauqifiyyah ,
artinya adalah akidah Islam dijelaskan secara terperinci. Mana
perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori tauhid dan syirik disebutkan
secara jelas, tanpa ada sedikitpun yang tercecer. Hal ini di sebabkan bahwa aqidah merupakan
bagian yang terpenting dalam ajaran Islam.
2) Akidah
Islam adalah aqidah ghoibiyyah,
artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya
Allah, hal-hal yang bersifat ghaib, malaikat, dan hari akhir. Walaupun
demikian, bukan berarti ajaran Islam tidak bisa dicerna oleh akal dan panca
indra.
3) Akidah Islam
adalah aqidah
syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya
terdapat integritas antara dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik,
ilmu, iman, dan amal. Di samping itu, akidah Islam memiliki persepsi yang
integral tentang masalah-masalah kemanusiaan
universal seperti, Tuhan, manusia, dan alam.
b. Bidang
Ibadah dan Mu’amalah
1) Islam tidak mengenal
konsep dikotomis tentang ibadah. Ibadah dalam Islam meliputi semua segi
kehiupan manusia, yang dibagi menjadi 2, yakni ibadah mahdhah dan ibadah
ghairumahdhah. Ibadah mahdhah adalah
ibadah yang jenis dan tata cara pelaksanaannya telah di tentukan oleh
Allah dan Rasul-Nya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah mencakup semua aspek kehidupan manusia seperti, sosial, ekonomi,
politik , ilmu pengetahuan dan teknik, seni, dan filsafat. Semua itu dapat
bernilai ibadah apabila salam pelaksanaannya, diniati karena Allah,
dilaksanakan sesuai dengan kententuan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak meninggalkan ibadah mahdhah.
2) Islam memandang ibadah merupakan konsekuensi tauhid, sehingga ibadah harus
merupakan realisasi dari ketauhidan seseorang. Orang yang menyatakan bahwa
Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam semesta adalah Allah, konsekuensinya
ia harus beribadah hanya kepada Allah. Maka didalam Islam tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoretis (tauhid rububiyyah) dan tauhid praktis (tauhid uluhiyah).
Tauhid teoretis tidak ada maknanya sama sekali tanpa diikuti oleh tauhid
praktis. Orang yang percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang
menciptakan alam semesta beserta segala isinya, tidak akan ada maknanya kalau
dia tidak beribadah.
3) Konsep ibadah di
dalam Islam bersifat hummanisme teosentris, artinya semua bentuk ibadah hanya
di tujukan kepada Allah, tetapi manfaat atau hikmahnya untuk manusia sendiri.
Misalnya, ibadah shalat hikmahnya harus bisa mencegah seseorang dari perbuatan
keji dan mungkar. Ibadah puasa, harus bisa menumbuhkan solidaritas social, dan
lain-lain. Intinya, peningkatan kualitas ibadah ritual seorang muslim , harus
meningkatkan keshalihan sosial. Seorang dinyatakan memiliki kepalsuan dalam
beragama, kalau tidak memilki kepedulian terhadap anak yatim dan tidak mau
memberi makan kepda fakir miskin.
c. Bidang
Akhlak
1) Akhlak Islam adalah akhlak rabbaniyyah, artinya ia menjadikan ajaran Tuhan
(Al-Qur’an dan Hadist) sebagai sumber
nilai untuk menetukan baik dan buruk. Ukuran baik buruk dalam akhlak Islam
bukan berasal dari pemikiran seseorang atau adat istiadat suatu masyarakat,
atau bagaimana yang menjadi ukuran baik dan buruk dalam etika sekuler, akan tetapi dari
Al-Qur’an dan Hadist. Dalam hal ini Fazlur Rahman ( 1989: 116) menyatakan
bahwa Al-Qur’an pada dasarnya merupakan dokumen keagamaan dan etika.
2) Akhlak Islam
adalah akhlak insani, artinya ajaran-ajaran akhlak Islam sejalan dengan
tuntutan fitrah manusia, meletakkan akal dan naluri sesuai dengan proporsi dan
profesinya masing-masing.
3) Akhlak Islam
adalah akhlak universal yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik
mahluk pribadi, social, maupun mahluk
Tuhan.
4) Akhlak Islam adalah akhlak kesimbangan, yakni mengkhayalkan manusia sebagai
malaikat yang suci dan manusia sebagai binatang (pada sifat keburukan).
5) Akhlak Islam
adalah akhlak realistik, di samping memiliki idealisme yang tinggi tetap
memperhatikan bahwa manuisa adalah mahluk yang memiliki kelemahan, sehingga di
dalam akhlak Islam terdapat rukhsah dan darurat.
6) Akhlak Islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi, artinya perbuatan
harus dilaksanakan atas kesadaran keimanan terhadap Allah SWT.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan
menyelesaikan makalah islam sebagai din
dan tamaddun ini maka saya dapat
menyimpulkan bahwa islam merupakan agama yang paling diridahi Allah Swt. Islam
adalah din dan tamaddun, agama dan peradaban, akhirat dan dunia, surga dan
kehidupan kota. Dan dengan karakteristik ajaran Islam yang demikian itu, maka sangatlah
beralasan jika ada sebagian orang yang berpendapat bahwa Islam adalah sebagai
jalan hidup yang terbaik (Islam is the
best way of life). Dengan sifatnya yang demikian itu, maka tidak pula berlebihan
jika ada sementara pendapat yang mengatakan, bahwa di masa depan Islam akan
menjadi alternative utama dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat
manusia. Dengan
mempelajari sifat dan karakteristik ajaran Islam yang demikian, maka seseorang
dapat mengatakan, bahwa nilai-nilai ideal, universal dan unggul yang selama ini
banyak dikemukakan para futurology dan pemikir kreatif, inovatif yang
dikemukakan para pakar belakangan ini, sesungguhnya telah dikemukakan Islam
selama lima belas abad yang lalu. Ketidaktahuan umat Islam terhadap nilai-nilai
yang unggul tersebut sebagai akibat dari adanya pemahaman Islam yang terlepas
dari visi, misi, dan tujuannya.
B. Kritik dan Saran
Sebagai seorang Mahasiswi, Saya sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Karena kritik dan saran itu akan
bermanfaat bagi saya untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Al-Qardhawi, Yusuf, terj. Rafi’ Munawar , 1994 , Karakteriktik Islam , Surabaya :
Risalah Gusti.
[2] Al-Qur’an dan Terjemahnya , Departemen
Agam , 1985/1986.
[3] Amin
Syukur, Prof. Dr., HM., 1986, Kuliah
Akhlak, Semarang: IAIN Walisongo.
[4] Dr. H.
Didiek Ahmad Supadie, M.M, dkk., Pengantar Studi Islam, Rajawali Pers,
Jakarta, 2015.
[5]
Fazlurrahman , 1989 , Islam ,
Bandung : Pustaka.
[6] M.
Natrsir , Islam dan Kristen di Indonesia
, Media Dakwah, Jakarta, t.th.
[7] Michael
H.Hart , 1992, the 100- A Ranking of the
Most Influential Persons in History,
pertama kali terbit di New Jersey : Citadel Press.
[8] H.S Habib
Adnan, 2005, Pencarian Tiada Henti, Denpasar : Yayasan Habib Adnan.
[9] Tim Ahli Tauhid, 1998 , Kitab Tauhid 2,
Jakarta: Daarul Haq.
semoga dapat membantu sahabat semua...................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar